Tadabur ayat tanda-tanda Kiamat Ṣughro dalam Kitab Safinah Kallā Saya’la mūn Fī Tafsīri Syaikhinā Maimūn karya Ismail Al-Ascholy (Studi Nalar Hermeneutika Hans-Georg Gadamer)

Intan Diana, Fitriyati (2024) Tadabur ayat tanda-tanda Kiamat Ṣughro dalam Kitab Safinah Kallā Saya’la mūn Fī Tafsīri Syaikhinā Maimūn karya Ismail Al-Ascholy (Studi Nalar Hermeneutika Hans-Georg Gadamer). Masters thesis, UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.

[img]
Preview
Text
Tesis Intan Diana F (1).pdf

Download (3MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini mengkaji penafsiran KH. Maimun Zubair, yang dikenal sebagai Mbah Mun, mengenai tanda-tanda kiamat ṣughro dalam kitab Safīnah Kallā Saya’lamūn fī Tafsiri Syaikhinā Maimūn, karya Ismail Al-Ascholy. Penafsiran ini awalnya disampaikan secara lisan oleh Mbah Mun dalam pengajian rutin di Pondok Al-Anwar setiap hari Ahad, kemudian dituliskan oleh Ismail Al-Ascholy. Dalam kitab tersebut, banyak ayat-ayat tentang tanda-tanda kiamat yang dibahas dengan penafsiran kontekstual dari Mbah Mun. Beliau menggunakan kaidah munasabah, yaitu mengaitkan satu ayat dengan ayat lainnya untuk menghasilkan makna yang relevan. Selain itu, Mbah Mun juga merenungkan makna ayat Al-Qur’ān untuk memberikan pengetahuan dan peringatan kepada umat. Dengan demikian, penjelasan Mbah Mun merupakan Tadabur Al-Qur’ān. Tujuan penelitian ini adalah membangun konstruksi logis pemikiran Mbah Maimun tentang ayat-ayat tanda kiamat ṣugro. Mbah Mun menjelaskan fenomena yang terjadi saat ini dengan tanda-tanda kiamat, seperti dalam QS. An-Nāzi’āt. Beliau menjelaskan bahwa ulama yang takut kepada Allah diibaratkan seperti gunung. Menurutnya, jika ulama meninggal, maka gunung pun hancur, dan ini merupakan tanda kiamat. Dalam kaitannya dengan teori Hermeneutika Gadamer, penulis menemukan bahwa pemikiran mengenai tanda-tanda kiamat mbah mun mencerminkan pengaruh dari pendidikan, sosial, dan keilmuan yang melingkupinya. Ketika beliau membaca teks, sudah ada pra-pemahaman yang terbentuk dari pengetahuan kitab-kitab klasik, dinamika sosial, dan otoritas beliau, yaitu Al-Qur’ān itu sendiri. Pengetahuan tentang Al-Qur’ān yang begitu luas dibatasi oleh keilmuan pembaca, dan pengetahuan pembaca dibatasi oleh Al-Qur’ān, artinya pengetahuan Mbah Mun tidak keluar dari syariat, dan ini memberikan pemahaman baru yang tidak sama dengan makna tekstual Al-Qur’ān dan pengetahuan awal mbah Mun tentang ulama. Proses ini disebut sebagai peleburan horizon oleh Gadamer, yang memberikan pemahaman yang terus berkembang. Dari latar belakang penjelasan tersebut Mbah Mun berusaha mengingatkan umat bahwa fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita dapat menjadi tanda-tanda kiamat ṣughro, sehingga umat harus lebih bersiap diri karena hari kiamat semakin dekat. Ini adalah pandangan yang menarik dan berbeda dengan tafsir lain, baik dari tafsir klasik, modern, maupun Nusantara yang masih menjaga interpretasi yang lebih literal. Karya ini signifikan untuk memotret peran kiai pesantren seperti Maimun Zubair yang berusaha menjembatani pemahaman agama dengan kehidupan nyata, sehingga memberikan panduan yang berharga bagi masyarakat Muslim dalam menghadapi perubahan zaman. Maimun Zubair juga berhasil menyatukan beragam sumber pemikiran, menggabungkan intelektualitas dari Timur Tengah dan Indonesia dengan sinergi yang harmonis sesuai dengan konsep Islam Nusantara Ahmad Baso yaitu al-akhżu, al-muhāfaẓoh dan maqāṣid syarī’ah Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif kajian kepustakaan dan lapangan (wawancara) yang diperoleh dari sumber-sumber data terkait KH. Maimun. Dalam penelitian ini, pendekatan Hermeneutika Gadamer digunakan untuk memahami latar belakang pemikiran KH. Maimun yang mempengaruhi cara unik beliau dalam menjelaskan ayat-ayat tentang tanda-tanda kiamat ṣugra. Teori ini dipilih karena memiliki alat kerja yang terstruktur dan komprehensif dalam mengkonstruksi pemikiran mufasir dalam memahami Al-Qur’an. Hermeneutika Gadamer memungkinkan penyatuan historitas mufasir dengan perangkat multidisiplin ilmu pengetahuan yang dimilikinya, serta mendialogkan teks dan konteks masa kini. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pendekatan teori Gadamer dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap pemikiran Mbah Mun, dan nalar Islam Nusantara dalam pentadaburannya, menghasilkan beberapa aspek penting sebagai berikut: pertama, Penjelasan tentang ayat-ayat tanda kiamat ṣugro yang unik dan kontekstual adalah bentuk pemahaman Al-Qur’an yang mendalam dan merupakan wujud dari tadabur KH. Maimun. Kedua, metode Hermeneutika Gadamer menunjukkan bahwa penjelasan Mbah Mun yang unik terletak pada pra-pemahaman yang melingkupinya, yang mencakup aspek sosiologi, latar belakang, budaya, dan pengalaman pribadi. Selain itu, pengetahuan beliau juga dibatasi oleh otoritas Al-Qur'ān. Melalui proses peleburan horizon, Mbah Mun dapat menyampaikan tadabur ayat-ayat tanda-tanda kiamat sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Hal ini menjadi poin penting dalam menyampaikan dakwah. Pesan secara objektif mengacu pada pentingnya bagi orang yang berdakwah untuk dibekali dengan ilmu, orang yang berilmu harus menyampaikan pengetahuan mereka, dan perintah untuk bertanya kepada ahli di bidangnya. Ketiga, Nalar Islam Nusantara sangat berpengaruh dalam berpikirnya Mbah Mun sebagai ulama yang terlahir di Indonesia, beliau dapat menyampaikan pesan Al-Qur’ān sesuai dengan keislamaan Nusantara.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 2x1 Al Qur'an dan Ilmu Berkaitan > 2x1.3 Tafsir Al Qur'an
Divisions: Pascasarjana > Ilmu Al Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Sdri Ayuk Kusumaningrum
Date Deposited: 23 Jul 2024 03:04
Last Modified: 23 Jul 2024 03:04
URI: http://repository.uinsaizu.ac.id/id/eprint/26757

Actions (login required)

View Item View Item