Interpretasi Makna Otoritas Allah dalam Ayat-Ayat Jabbār

Robingah, Robingah (2024) Interpretasi Makna Otoritas Allah dalam Ayat-Ayat Jabbār. Skripsi thesis, UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.

[img]
Preview
Text
Robingah 2017501028 Skripsi.pdf

Download (2MB) | Preview
[img]
Preview
Text
Robingah 2017501028 Skripsi.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Pemahaman kata jabbār pada saat ini identik dipahami sebagai makna sifat Tuhan, yakni asma Allah al-Jabbār yang memiliki makna Dzat Yang Maha Kuasa. Makna ini dikonotasikan sebagai makna yang positif karena kekuasaan dan kewenangan Tuhan mestinya selalu membawa pada sisi yang positif. Namun, ketika ditelusuri dalam al-Qur’an, term jabbār ternyata tidak hanya memiliki makna positif, akan tetapi juga memuat makna negatif, hal ini diperkuat dengan adanya manusia sebagai pelaku jabbār. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dengan metode kualitatif deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan pandangan al-Qur’an mengenai makna otoritas Allah. Pendekatan analisis semantik Al-Qur’an Toshihiko Izutsu dipilih dalam penelitian ini untuk menggali makna dasar, makna relasional, aspek sinkronik-diakronik dan weltanschauung kata jabbār yang menjadi kata kunci otoritas Allah. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, maka peneliti membuktikan bahwa pertama, jabbār dalam Al-Qur’an memiliki konteks makna yang dominan dimiliki manusia sebagai otoriter, tiran, superioritas dan ingkar terhadap ayat-ayat Allah. Kedua, dari analisis semantik menghasilkan makna dasar kata jabbār adalah perbaikan dan paksaan. Makna relasional kata jabbār dari segi sintagmatik yakni; jabbār Tuhan dan jabbār manusia. Lafaz jabbār memiliki tendensi makna positif secara hakikat asma’ Allah al-jabbār. Namun lafaz jabbār juga memiliki makna negatif ketika Al-Qur’an menuturkan dengan khitab manusia. Kemudian dari segi paradigmatik, kata jabbār mempunyai kemiripan makna (sinonim) dengan kata al-Qahhār, Ẓālim, Ṭāgūt, AlQuwwah dan Syadīd. Adapun makna yang bertentangan (antonim) adalah Al-Muqṣiṭ, al- ‘Ᾱdl dan Dha’īf. Secara historis pada masa pra-qur’an, kata jabbār bermakna orang yang sombong, sewenang-wenang, tirani, pemaksa dan hari selasa. Setelah Al-Qur’an turun, makna jabbār masuk menjadi bagian dari sifat Allah SWT. Pada periode pasca-qur’an, jabbār dimaknai dengan sifat mutlak Tuhan sebagai pembuktian otoritas-Nya melalui sistem tasawuf dan teologi. Dari analisis tersebut ditemukan Weltanschauung dari kata jabbār yaitu sifat atau perbuatan yang disandang suatu subyek dalam lingkup perbaikan, pemaksaan, dan konsep otorisasi yang mana dapat bernilai ibadah atau sebagai suatu peringatan terhadap hal yang akan diterima sebagai balasan. Ketiga, makna otoritas Allah dalam ayat-ayat jabbār adalah Allah merupakan satu-satunya dzat yang berhak menyandang sifat jabbār sebagai perwujudan dari kekuasaan, kewenangan dan otoritas-Nya dalam mengatur alam dan seisinya. Adapun manusia ialah sebagai ‘abd al- jabbār.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: 2x1 Al Qur'an dan Ilmu Berkaitan > 2x1.1 Ilmu Al Qur'an
2x1 Al Qur'an dan Ilmu Berkaitan > 2x1.3 Tafsir Al Qur'an
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora > Ilmu Al Quran dan Tafsir
Depositing User: Robingah Robingah Sdri
Date Deposited: 17 Jul 2024 03:17
Last Modified: 17 Jul 2024 03:17
URI: http://repository.uinsaizu.ac.id/id/eprint/26392

Actions (login required)

View Item View Item