KEPEMIMPINAN POLITIK DALAM PERSPEKTIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN BUYA HAMKA (STUDI KOMPARATIF HERMENEUTIK)

Soimatur, Rohmah (2025) KEPEMIMPINAN POLITIK DALAM PERSPEKTIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN BUYA HAMKA (STUDI KOMPARATIF HERMENEUTIK). Skripsi thesis, UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri.

[img]
Preview
Text
SOIMATUR ROHMAH_KEPEMIMPINAN POLITIK DALAM PERSPEKTIF-2.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penafsiran Sayyid Qutb dan Buya Hamka tentang ayat ayat kepemimpinan politik. Latar belakang penelitian ini didasarkan pada masalah terkait kepemimpinan politik yang sering terjadi di kalangan masyarakat. Banyak masyarakat yang memilih pemimpin hanya berdasarkan kekayaan yang dimiliki oleh kandidat pemimpin atau hanya mengikuti pilihan orang lain tanpa menelaah lebih dalam karakteristik yang dimiliki oleh kandidat pemimpin tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori Hermeneutika Gadamer dan dibandingkan dengan menggunakan metode muqarin. Jenis penelitian ini yaitu penelitian library reseacrh atau sering dikenal dengan studi kepustakaan. Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an dan Tafsir al Azhar digunakan sebagai sumber primer (utama) dalam penelitian ini. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode content analysis yang bertujuan untuk mengambil kesimpulan dari suatu teks dengan mengidentifikasi karakteristik teks tersebut. Hasil analisis dari penelitian ini yaitu kepemimpinan politik yang baik menurut Sayyid Qutb dan Buya Hamka yaitu pemimpin yang berusaha menegakkan keadilan, amanah dan menjalankan musyawarah dengan baik. Analisis Hermeneutika Gadamer terhadap penafsiran Sayyid Qutb dan Buya Hamka terkait ayat ayat tentang kepemimpinan politik menyebutkan bahwa Sayyid Qutb dan Buya Hamka sepakat bahwa seorang pemimpin harus adil, amanah, dan menjunjung tinggi musyawarah. Perbedaan penafsiran Sayyid Qutb dan Buya Hamka terletak pada latar belakang sejarah yang melingkupinya. Sayyid Qutb yang merasakan penindasan dan ketidakadilan menyebabkan penafsirannya bersifat revolusioner dan reaktif terhadap situasi politik yang terjadi pada saat itu. Sedangka penafsiran Buya Hamka lebih bersifat konstruktif karena Buya Hamka hidup pada masa awal kemerdekaan Indonesia sehingga lebih fokus untuk membentuk tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera. Meskipun memiliki perbedaan latar belakang kehidupan, Sayyid Qutb dan Buya Hamka memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mewujudkan kepemimpinan yang adil dan mengutamakan rakyat.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Uncontrolled Keywords: pemimpin, politik, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an, Tafsir al-Azhar
Subjects: 2x1 Al Qur'an dan Ilmu Berkaitan > 2x1.3 Tafsir Al Qur'an > 2x1.34 Tafsir Mu'tazilah (Muqaran)
Divisions: Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora
Depositing User: Soimatur Rohmah
Date Deposited: 23 Jan 2025 01:29
Last Modified: 23 Jan 2025 01:29
URI: http://repository.uinsaizu.ac.id/id/eprint/29265

Actions (login required)

View Item View Item