Syekh Ahmad Nahrawi Manaqib dan Kiprah Intelektual Ulama Jawi di Mekkah

Prof. Dr. Phil. H. M. Nur Kholis Setiawan, M. A., M. Nur Kholis Setiawan (2023) Syekh Ahmad Nahrawi Manaqib dan Kiprah Intelektual Ulama Jawi di Mekkah. Syekh Ahmad Nahrawi Manaqib dan Kiprah Intelektual Ulama Jawi di Mekkah, 1 (1). Rizquna, Purwokerto. ISBN 78-623-5999-84-5

Preview

Text buku fix banget.pdf Download (1MB) | Preview

Abstract

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan anugerah kesehatan sehingga penulis bisa merampungkan buku tentang kiprah dan biografi intelektual Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom bin Imamredja [w. 1346 H]. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, pemimpin dan inspirator umat, semoga kita mendapatkan syafaatnya, amien. Manaqib dan Kiprah Intelektual Ulama Jawi di Mekkah iv Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan anugerah kesehatan sehingga penulis bisa merampungkan buku tentang kiprah dan biografi intelektual Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom bin Imamredja [w. 1346 H]. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, pemimpin dan inspirator umat, semoga kita mendapatkan syafaatnya, amien. Hadirnya buku ini berawal dari dawuh yang mulia Maulana Habib Lutfi bin Yahya, saat dilangsungkan haul pertama Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom di alun-alun Purbalingga bulan Juni tahun 2022. Mauidzoh hasanah yang diaturkan oleh Maulana Habib Lutfi diantaranya adalah teladan dari sosok guru panutan Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom, asli kelahiran Purbalingga lalu menjadi ilmuwan bereputasi internasional sekaligus guru panutan. Sosok Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom yang demikian belum pernah ditulis secara komplet, sementara tulisan-tulisan di media sosial secara akademis sangat tidak akurat yang berdampak terhadap minimnya kebenaran serta potret utuh dari beliau. Untuk itu, buku ini semoga menjadi salah satu rujukan bagi riset lanjutan mengenai beliau Menulis tentang biografi intelektual serta tokoh yang telah lampau tentu tidaklah mudah, terlebih sumber-sumber yang terkait langsung minim ditemukan. Beberapa langkah akademis penulis lakukan agar buku ini memiliki legitimasi ilmiah. Pertama, sumber primer adalah naskah manuskrip silsilah keluarga besar Kauman Purbalingga, trah asal dari Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom. Kedua, karya-karya yang dihasilkan oleh Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom menjadi bahan analisis penguasaan keilmuan beliau. Ketiga, identifikasi para murid beliau, yakni para ulama besar di Indonesia yang pernah menimba ilmu kepada beliau. Keempat, jejaring para mursyid tarekat Syadziliyah di tanah air yang mendapat ijazah mursyid dari Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom di Mekkah al- Mukarramah. Karena minimnya sumber tertulis mengenai masa remaja sampai dengan dewasa dari Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom, penulisan buku ini, disamping menempuh empat langkah akademis di atas fokus kepada kiprah dan peran beliau terhadap jejaring ulama Haramain dan Indonesia di abad ke dua puluh. Uraian mengenainya diperluas dengan para murid keilmuan yang bersanad ilmu kepada Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom serta para mursyid tarekat Syadziliyah di Indonesia yang mendapatkan ijazah kemursyidan dari beliau. Tentu, tidak ada kesempurnaan dalam buku ini, meski telah menempuh pelbagai langkah akademis, untuk itu diperlukan tegur sapa dan kritik dari para pembaca yang budiman untuk kelengkapan buku yang terbit ini. Buku tentang Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom ini menjadi penting dikarenakan beberapa pertim- bangan akademis. Pertama, Syekh Ahmad Nahwari Muhtarom memiliki nama harum di Mekkah sebagai guru besar kajian keislaman yang memiliki banyak murid, bukan saja kiai-kiai Indonesia yang tengah menimba ilmu di sana, melainkan para kiai muda dari belahan negara- negara Muslim. Sayangnya, keharuman nama beliau belum disentuh oleh para ilmuwan Indonesia dalam riset dan tulisan serius tentang kiprah keilmuan dari figur mulia ini. Kedua, informasi tertulis tentang figur beliau baru disinggung secara singkat dalam kitab-kitab biografi para ulama yang pernah mengajar di Masjidil Haram dan Mekkah al-Mukarramah. Lazimnya kitab biografi yang memuat ratusan nama, memang tokoh yang diulas hanya sekilas. Hal ini menjadikan informasi tentang syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom masih minim. Minimnya informasi ini berakibat beberapa uraian di media sosial keliru dan fatal kesalahannya terkait figur syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom. Ketiga, posisi penting dari beliau bagi Nusantara, bukan saja sebagai guru keilmuan keislaman yang melahirkan kiai-kiai besar dan pejuang di Indonesia, namun juga sebagai guru mursyid tarekat yang menurunkan sanad kemursyidan kepada para tokoh di Jawa. Sosok beliau yang ‘ālim ‘allāmah, soleh dan zahid diperlukan dokumentasi tertulis agar generasi sekarang bisa ittibā‘ kepada figur beliau. Terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu perjalanan riset dan penulisan ini. Pertama, Dr. Hj. Naqiyah, M.Ag., Dekan Fakultas Ushuludin Adab dan Humaniora, UIN Saizu Purwokerto, yang telah beberapa kali memberi surat tugas untuk riset mandiri di lapangan, memanfaatkan liburan semester dari kampus. Kedua, para sesepuh keluarga besar Kauman Purbalingga, wa-bil khusus K.H. Mujahid Dzanun, Den Haag, K.H. Hambali Maksum [cucu Syekh Ahmad Nahrawi], Den Haag, K.H. Abdullah Syarwani, S.H., Depok, H. Juwandi, Bintaro, yang menjadi informan sekaligus akses beberapa naskah manuskrip silsilah. Ketiga, kepada para dzurriyah Kauman Purbalingga, diantaranya Mas Umar, Mas Anang, Mas Yayat, Mba Maesaroh, mas Lukman Ja’far, mas Ridwan, serta yang lainnya atas informasi, data-data lisan para leluhur mereka, serta silsilah keluarga besar K.H. Imamredja, K.H. Hasanredja, dan K.H. Murmaredja, sebagai rumpun keluarga besar Syekh Ahmad Nahrawi Muhtarom. Semoga semuanya menjadi amal jariyah kita, āmīn yā rabb al-ālamīn.

Actions (login required)

View Item