HUKUM MELAKSANAKAN SHALAT BAGI FAQID Al-TAHURAIN PERSPEKTIF MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB SYAFI'I

Indri, Rahayu (2021) HUKUM MELAKSANAKAN SHALAT BAGI FAQID Al-TAHURAIN PERSPEKTIF MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB SYAFI'I. Skripsi thesis, UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.

[img]
Preview
Text
COVER_ABSTRAK_DAFTAR ISI_BAB I_BAB V_DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (405kB) | Preview
[img]
Preview
Text
INDRI RAHAYU_HUKUM MELAKSANAKAN SHALAT BAGI FAQIDALT{AHURAIN.pdf

Download (832kB) | Preview

Abstract

Program Studi Perbandingan Mazhab, Jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah, UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto Fa>qid al-t}ahu>rain merupakan orang yang kehilangan alat untuk bersuci, yaitu air untuk berwudu dan debu untuk bertayamum. Atau juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan sulit di dalam menemukan air dan debu, seperti tertahan di suatu tempat yang tidak tersedia salah satu darinya, atau di tempat najis yang tidak memungkinkan mendapatkan debu yang suci, atau menemukan air yang mana air tersebut lebih dibutuhkan untuk dikonsumsi, atau menemukan debu yang basah namun kesulitan dalam mengeringkannya. Siapapun muslim yang ketika masuk waktu shalat namun beberapa syarat sah shalat tidak terpenuhi (seperti menghadap kiblat, menutup aurat, sempurna ruku’ dan sujud), ia termasuk fa>qid al-t}ahu>rain. Penelitian yang penulis lakukan termasuk penelitian kepustakaan (library research). Adapun pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah yuridis normatif, yakni penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai dasar untuk diteliti dengan cara penelusuran berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan hukum melaksanakan shalat bagi fa>qid al-t}ahu>rain. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi. Sumber data primer yang digunakan yaitu, Al-Tawdih Sarh Muhtasar Ibn al-Hajib karya Halil bin Ishaq al-Maliki sebagai rujukan dari pendapat mazhab Maliki, Fath al-Wahab bi Syar Minhaj al-Thulab; Juz 2 karya Ahmad bin Zakariya al-Anshari sebagai rujukan dari pendapat mazhab Syafi’i dan Fiqh al Isla>m wa ‘Adilatuhu juz 1 karya Wahbah Az-Zuhaili. Menurut mazhab Maliki, orang yang dalam keadaan tersebut tidak wajib shalat dan tidak wajib qadha, karena dalam mazhab ini thaharah merupakan syarat wajib ketika akan melaksanakan shalat, bukan syarat sah. Jadi, ketika syarat wajib tidak terpenuhi maka kewajiban juga gugur. Sedangkan menurut mazhab Syafi’i, bagi orang yang sedang dalam keadaan fa>qid al-t}ahu>rain (orang yang kesulitan menjumpai air dan debu untuk bersuci), jika ia hendak melaksanakan shalat fardu untuk menghormati shalat itu, untuk niat lih}urmatil waqti, maka ia harus mengulangi shalatnya lagi jika ia telah menjumpai salah satu dari keduanya. Jika ia menjumpai air, maka ia wajib mengulang shalat, tetapi apabila ia menjumpai debu, maka ia tidak usah mengulangi shalat, jika di daerah itu memang kebiasaan bersucinya menggunakan debu. Namun, pendapat yang disebutkan oleh kedua mazhab tersebut hanya berlaku untuk ketentuan shalat fardu.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Uncontrolled Keywords: Shalat, Faqid Tahurain, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi'i
Subjects: 200 Religion > 290 Other and comparative religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.8 Islamic sects
2x4. Fiqih > 2x4.1 Ibadah > 2x4.12 Shalat
Divisions: Fakultas Syariah > Perbandingan Madzhab
Depositing User: Indri Rahayu sdri
Date Deposited: 29 Oct 2021 04:49
Last Modified: 29 Oct 2021 05:14
URI: http://repository.uinsaizu.ac.id/id/eprint/12029

Actions (login required)

View Item View Item